Skip to main content

From jengkok to kepuh


Kepuh, sebuah desa yang membuat aku jatuh cinta pada al maunah

Kepuh terletak di ujung selatan wilayah kecamatan palimanan. Memiliki daerah dataran yang luas dan perumahan penduduk yang kebanyakan berada di sepanjang jalan palimanan-dukupuntang kab. cirebon. Sementara daerah perbukitan yang tak lagi hijau di sudut barat wilayah administrasi desa kepuh, banyak berdiri pabrik pabrik pengolahan batu alam. suara bising mesin pemotong batu hampir tak pernah berhenti sepanjang pagi hingga sore. Sementara buruh batu wara wiri mengangkut batu yang telah diolah menjadi batu batu hiasan ke mobil mobil pick up untuk di jajakan kepada calon pemesan, hal seperti ini selalu bisa kita dapati setiap hari.

Pilihan yang tidak adil

Sekitar 5 tahun yang lalu, aku, anak culun yang baru lulus SD, harus memilih pondok pesantren putera puteri al maunah yang terletak di desa kepuh sebagai tempat aku menuntut ilmu. Tak bisa aku memilih sekolah sekolah negeri seperti teman temanku, aku hanya diberikan opsi untuk melanjutkan ke salah satu dari 3 pondok pesantren yang sama sekali aku tak pernah membayangkanya. Akhirnya aku tak bisa memilih dan orang tua menentukan sendiri pondok pesantren al maunah sebagai tempat untuk melanjutkan belajar anaknya yang kuper ini.

Kenapa harus ke al maunah?? Aku sendiri persisnya tidak tahu. Namun pertimbangan yang paling jelas mungkin adalah karena di al maunah ada salah seorang saudara yang telah mondok di sana selama beberapa tahun. Ya, dia adalah nur lailatus saidah atau mba ela. Sepupu perempuan dari keluarga ibu. Selain itu di sana juga ada uswatun hasanah atau mba uus, teman dan masih keluarga dengan mba ela yang sudah dua tahun mondok di al maunah. Sebelum mondok, aku juga sudah cukup kenal dengan mba uus, walaupun tak begitu akrab. Mereka dianggap sebagai orang orang yang cukup berhasil dalam menuntut ilmu di pondok pesantren al maunah. Dan merekapun patut di contoh oleh keluarga besar kami yang memang punya tradisi dengan pesantren.

Sebenarnya aku sendiri tak yakin kenapa hanya karena alasan ini, ema’ku memilihkan al maunah. Aku berfikir dalam hati, mereka adalah perempuan sedangkan aku sendiri laki laki tulen, mana mungkin ada pondok pesantren yang tumplek blek antara laki laki dengan perempuan?? Pikirku saat itu. Namun kemudian ada sedikit kejelasan saat ada saudaraku yang laki laki (anak dari sepupuku) yang pernah mondok di al maunah selama sekitar 5 bulanan yang katanya akan mondok lagi di al maunah. Dia itu mahfuddin atau pudin. “Mungkin karena mahfuddin saat itu masih sangat kecil (saat mondok baru kelas 6 SD) Jadi wajar saja kalau  tidak betah” kata ema’ku menenangkan aku yang saat itu masih menunjukan muka ketidak sukaan dengan yang namanya mondok. “ pudin juga masih sering pengen ngempeng sama ema’ angkatnya disana” sambung ema’ku.

Saat itu aku masih menunjukan kepada orang tuaku bahwa aku memang tidak suka dipondokkan. Aku pengen kayak teman teman yang sekolah di sekolah sekolah negeri yang agak jauh jauh. Biar tau wilayah sekitar dengan cakupan yang lebih luas, biar bisa main main ke rumah teman teman dari desa yang jauh dari desaku. Namun memang keadaanya sudah sangat mendesak, semua teman teman yang dinyatakan di terima di SMPN 1 kertasemaya sudah terlihat sangat bangga, sementara yang tidak di terima, harus menahan malu dan kecewa. Artinya saat itu aku sudah dalam keadaan yang tidak memungkinkan lagi untuk bersekolah di SMPN 1 kertasemaya. Walaupun ibuku telah berubah pikiran dan meng-iya-kan keinginanku bersekolah di SMP Negeri tersebut, tapi tetap saja akan menjadi perkara yang percuma. Untuk masalah diterima atau tidak, aku yakin seratus persen akan diterima. Tapi, penerimaan siswa baru di SMP tersebut telah jauh jauh hari ditutup. dan aku harus menerima kalau aku memang telah positiv bukan siswa dari sekolah yang aku idam idamkan selama ini.

Untuk meyakinkan aku kalau pondok pesantren putera puteri al maunah adalah lembaga pendidikan yang baik dan berkualitas, maka pada tgl 28 juni 2007, ema’ mengajak aku untuk melihat lihat keadaan pondok pesantren almaunah yang kebetulan sedang mengadakan acara akhirussanah dan khotmil qur’an. Pada sore jum’at tanggal tersebut, mobil yang membawa keluarga mba ela mampir kerumah dan menjemput keluargaku. “ mba ela juga ikut khataman” tutur ema’ku dengan sedikit berbisik, saat mobil angkot yang akan membawa kami belum juga melaju.


Qur’anu naabil mu’jizat... bil mushtofa muhammadan...” suara syahdu salah seorang MC Perempuan yang berada di bawah panggung, membuatku sangat terpukau dengan suaranya yang berat itu(dan hingga sekarang aku selalu teringat). Sementara  seorang MC yang lain menyebutkan satu persatu nama nama peserta khataman dan alamatnya dengan fasih. Dari salah satu ruangan muncul peserta khataman yang mengenakan busana yang seragam, berjalan berderet dengan langkah serempak menuju panggung yang di dekorasi cukup mewah. Anak tangga kecil rupanya telah dipersiapkan untuk naik peserta yang terlihat sangat hati hati dan masih dengan pola berderet dan serempak yang semakin terlihat rapih. Saat dudukpun peserta khataman harus terlihat kompak dan apik. Semua itu mungkin membutuhkan banyak waktu untuk latihan dan persiapan yang hanya dipentaskan sangat kurang dari satu hari ini.

Saat itu aku tak terlalu memikirkan tujuanku datang kesini. Yaitu melihat kondisi fisik bangunan yang ada di pondok tersebut. Aku terlalu asyik dengan suasana akhirussanah yang didesain dengan sangat apik dan meriah. Puluhan pedagang berderet di sisi sisi jalan menuju halaman depan pondok tersebut untuk menjajakan daganganya. Puluhan kendaraan yang mungkin dari keluarga khotimin terlihat terparkir kurang rapih di bekas kebun singkong yang disulap menjadi tempat parkir yang juga dipersiapkan hanya untuk acara akhirussanah ini. sangat mengagumkan dan memberikan kesan yang mendalam. Satu acara yang telah aku lewatkan adalah arak arakan yang dilaksanakan tepat setelah shalat maghrib yang sengaja sangat didahulukan. Saat aku sampai di pondok al maunah, acara ini baru saja selesai. Masih terlihat sisa sisa kertas petasan (yang terdengar saat masih di mobil) yang berserakan di bawah pohon yang kayaknya pohon nangka.

Saat waktu beranjak malam, acara mulai terasa lebih sepi. Keluarga khotimin dan mobil mobil yang membawanya sekejap menghilang sesaat setelah acara khotmil qur’an berakhir. Padahal sekitar beberapa jam yang lalu mereka masih terlihat menyesaki sudut sudut acara yang memang tak begitu luas. Di panggung terlihat lengang, mungkin masih ada yang di tunggu. Pada Saat yang sama, di salah satu deretan tempat duduk, aku masih menunggu acara yang akan dilaksanakan setelahnya. Dari belakang, ibu mahfuddin (yang juga sepupuku) menghampiri dan menawarkan aku untuk melihat lihat kondisi asrama putera yang persis berada di belakang panggung. Sementara mahfuddin yang juga datang dengan rombongan yang lain, terlihat sangat antusias mengajakku melihat lihat bekas kamar yang pernah dihuninya. Sebuah lemari kecil yang bercat birupun ia tunjukan, katanya itu adalah lemari yang pernah dipakainya, namun sudah digadaikan dengan 10 ribu rupiah kepada santri lain untuk ongkos pulang kerumah saat ia memutuskan akan boyong.

Mahfuddin menunjukan dan menjelaskan satu persatu bangunan bangunan yang  ada di pondok tersebut, asrama putera, musholah, bangunan besar yang terlihat seperti belum selesai dibangun yang katanya adalah madrasah tsanawiyah, dan WC santri di samping MTs yang keadaanya tidak terlalu mengenaskan, tak lupa ia menjelaskan kalau tepat di belakang bangunan MTs dan WC santri adalah lahan kuburan umum. Tak lupa, cerita cerita horor dari kuburan tersebut juga tak ketinggalan ia jelaskan semua.

Malam memang telah sangat larut. Aku melihat halaman pondok yang sekitar beberapa jam yang lalu banyak lalu lalang orang orang kini telah sepi. Hanya tinggal puluhan orang saja yang setia mendengarkan ceramah KH. Mushtofa ‘aqil yang saat itu mengangkat tema akulturisasi budaya islam dan budaya pribumi indonesia. Aku memang sudah tidak asing lagi dengan beliau. Beberapa kali beliau diundang ke acara hajatan tetangga atau peringatan peringatan hari besar islam di masjid secang, ada hal paling berkesan dari beliau yang tidak pernah aku lupakan.

Saat itu ada acara peringatan hari besar islam di masjid secang, persisnya aku tidak tau, tapi malam itu, beliau yang selalu berceramah dengan gayanya yang khas, mengalir dan disertai celetukan celetukan yang cukup menohok hati. Tiba tiba dari atas panggung beliau menunjuk aku yang nongkrong tidak jauh dari samping panggung dengan tanganya. Beliau berkata sesuatu kepada hadirin, aku lupa persisnya yang beliau katakan. Namun yang aku ingat, saat itu beliau sedang mengangkat tema perdangangan anak anak. Aku yang saat itu masih kelas 1 SD (kalau tidak salah), entah apa yang aku rasakan, antara malu karena mata para hadirin yang kebanyakan bapak bapak dan ibu ibu, serentak tertuju kepadaku, bangga, karena aku dijadikan sajian contoh tema beliau atau.. yang pasti, saat itu aku langsung lari kearah ema’ku yang duduk di deretan kursi belakang. Didekapan lembut ema’ku, aku mengadu tentang peristiwa tadi. Sementara ema’ku terus meledek dan mencubiti pipiku yang cabi.

Ceramah KH. Mushtofa ‘aqil memang selalu menarik. Termasuk malam itu, di pondok al maunah. Aku cukup bisa menangkap tema yang saat itu beliau angkat yang menurutku cukup berat bagi kebanyakan hadirin. Masalah budaya, suatu masalah yang memang tak asing dan selalu menjadi tema favoritku. Namun kelopak mataku agaknya sudah tak lagi kuat menahan bola mataku yang belum juga kupejam sejak pagi tadi. Dipangkuan ema, aku tertidur dengan sangat nyaman, berselonjor dengan dua bangku yang dijejerkan. Merasakan kembali kehangatan seperti yang terjadi beberapa tahun lalu. Sementara KH. mushtofa ‘aqil kembali memberikan kesan mendalam kedalam lubuk hatiku. Dan al maunah, (mungkin) akan tetap kuingat dan kukenang.pondok pesantren almaunah

Comments

Popular posts from this blog

Contoh puisi berkelompok

Kata, Kata, Kata Kata mereka,........  ibu, Engkau ada bahagia, lemahmu kau lupakanya Saat engkau kandung aku, surgamu katamu Kau nantikan aku, saat jalanmu terpapah kaku Ibu, engkau  korbankan jiwa ragamu Demi aku, buah hati kecilmu Katamu,........ ibu, Tumbuhlah aku dengan cinta yang wangi Merenggut asa, cita-cita dan harapan tinggi Menembus angkasa, peroleh bahagiaku nanti Ibu, engkau juang aku ini Merintih berdoa dalam malam yang sunyi Kataku...... Saat engkau berikan baju bagus yang kau pilih Aku melempar dan membuangnya dan dirimu bersedih Aau dekap aku dan genggam tangan mungilku ibu, aroma cintamu segarkan nafasku tumbuh harum dengan puji tulusmu Kataku, ..... saat itu Kumintakan uang jajan dan dirimu terdiam Katamu, kau tak punya uang Aku menangis dan meronta gundah Dan engkau terlihat tak berdaya Ibu, engkau mendambaku sepenuh jiwa Kau bilang pada orang orang Akulah terbaik bagimu Katanya.......

Tips aman menjadikan suara nyaring dan merdu

Tips aman menjadikan suara nyaring dan merdu Bagi sebagian orang , kualitas suara adalah salah satu hal penting yang harus di jaga dan di rawat, bahkan menjadi salah satu prioritas kebutuhan dalam hidupnya. Sebagian yang lainya berusaha meningkatkan kualitas suaranya agar terdengar lebih merdu dan nyaring. Kualitas suara memang sangat relativ, tergantung dari sisi mana ia menikmatinya. Namun sebagian besar penduduk indonesia beranggapan kalau suara yang merdu adalah suara yang terdengar nyaring, mengalun lembut dengan nafas panjang, serta dapat masuk dan mempengaruhi emosi orang yang mendengarkan. Berikut adalah beberapa cara yang patut anda coba. Cara seperti ini sering di gunakan oleh penyanyi, pembawa acara, presenter, qori’, muadzin dan lain sebagainya. Langkah langkah berikut ini bertujuan Agar suara menjadi merdu dan nyaring, tentunya aman dan tidak membahayakan, dengan catatan, langkah langkah berikut ini dilakukan secara teratur dan sesering mungkin serta denga

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi manusia Dalam Proses Dakwah

1.1     LATAR BELAKANG Dalam memahami perilaku manusia, para ahli psikologi memiliki pandangan yang berbeda-beda. Aliran Psikoanalisis, misalnya, memandang manusia sebagai makhluk yang berkeinginan (Homo Valens). Oleh karenanya, menurut pandangan ini perilaku manusia ditentukan oleh keinginan-keinginan dan dorongan libido. Sedangkan aliran Behaviorisme memandang bahwa manusia adalah makhluk yang bersikap pasif terhadap lingkungan. Sehingga perilaku manusia menurut teori ini merupakan bentukan dari kondisi lingkungan. Selanjutnya dalam pandangan psikologi humanistik berpendapat bahwa manusia adalah eksistensi yang positif dan menentukan. Berangkat dari pandangan ini mereka berpendapat bahwa perilaku manusia berpusat pada konsep diri. Jika dicermati secara seksama, perbedaan pandangan dari masing-masing aliran mengenai perilaku disebabkan adanya perbedaan pandangan terhadap konsep tentang manusia. Dalam pandangan Islam, manusia dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.  Men